Minggu, 17 Januari 2016

pendidikan bahasa dana sastra jawa

Fonologi Bahasa Jawa


Fonologi terbentuk dari  fon yang berarti bunyi dan logos yang berarti ilmu sehingga fonologi adalah ilmu bahasa (linguistic) yang meneliti dan mempelajari bunyi bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia.
1.     Bunyi bunyian yang seperti apa ?
Bunyi merupakan hembusan udara yang keluar dari paru paru, melalui kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung Jadi dalam hal ini bunyi bahasa fonologi tidak mempelajari bunyi yang dihasilkan selain alat ucap manusia.

2.     Kajian fonologi ada 2 yaitu:
Fonetik dan Fonemik
A.      Fonetik
Fonetik adalah cabang studi fonologi yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsi sebagai pembeda makna/arti.
Fonetik dibagi menjadi 3:
a.       Fonetik Artikulatoris
Mengamati cara kerja dan mekanisme alat bicara dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi bunyi itu diklasifikasikan.
Mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ bicaara manusia dalam memproduksi bunyi bahasa.
Contohnya:  cara kita menghasilkan bunyi konsonan “eb”
b.      Fonetik Akustis
Mempelajari gelombang suara dan bagaimana gelombang suara itu didengarkan oleh manusia. (berfungsi untuk mengetahui peristiwa fisis yang mengacu pada panjang pendek atau amplitude frekuensi, intesitas dan timbre bunyi).
c.       Fonetik Auditoris
Mempelajari bagaimana bunyi bunyi itu diterimadan dipersepsi (ditanggapui) oleh manusia sebagai audiencenya.

B.      Fonemik
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang menyelidiki satuan bunyi terkecil suaatu bahasa yang membedakan makna.
Obyek penelitian Fonemik adalah Fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
Di dalam Fonemik terdapat Fonem dan Alofon:
Bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang Fonem.
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Fonem tidak sama dengan huruf, Fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi.
Contohnya:
         Ada fonem yang dilambangkan oleh dua huruf seperti /kh/, /ng/, dan /sy/. Ada beberapa huruf yang dilambangkan oleh satu fonem seperti /e/ pada kata /sate/, /pedes/, dan /enak/.
Jumlah huruf ada 26, jumlah fonem lebih dari 26.
Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna adalah bukan fonem.

Alofon adalah bunyi bahasa yang tidak mempunyai fungsi sebagai pembeda makna, merupakan variasi dari anggota suatu fonem tertentu.
         Alofon adalah varian fonem berdasarkan posisi. Misalnya, fonem /i/ pada kata ingkar, cita, dan tari, masing-masing /i/ tersebut merpakan alofon dari /i/; fonem /o/ mempunyai alofon seperti pada kata tokoh dan toko, dan sebagainya.
ALOFONIS:
Jika terjadi perbedaan alofon tetapi tidak menimbulkan perbedaan makna, sering juga di sebut foneti.
CONTOH:  ketika kita mengucapkan
PITIK DI BACA PITIK (PITEK)
FONEMIS:
Jika terjadi perbedaan fonem yang mengakibatkan perbedaan makna pula,
CONTOH: ketika kita mengucapkan
GILA DI BACA GILO
SOTO DI BACA SOTO
3.      Pasangan Minimal ( sebagai alat pembeda bunyi)
Merupakan pasangan 2 kata (dasar), jumlah dan urutan bunyinya sama tetapi didalamnya hanya ada 1 bunyi yang berbeda.
Jadi, dari sebuah pasangan minimal akan diperoleh fonem yang berbeda atau hanya variasi dari satu fonem yang sama namun artinya berbeda.
Contohnya: ketika kita mengucapkan
BAPAK DIBACA BAPA             PAPAK DIBACA PAPA
4.     Distribusi Komplementer
             Adalah cirri cirri fonetis yang mengarah pada berterima atau tak berterima suatu gabungan bunyi oleh masyarakat penuturnya hal itu disebabkan setiap alofon dari suatu fonem mempunyai posisi khusus yang tidak dapat dipertukarkan sembarang tempat tanpa menimbulkan kejanggalan.

5.     Premis dasar Fonem
Digunakan untuk menganalisis fonemik ada 4 premis dasar yaitu:
1.      Sekali fonem tetap fonem
2.      Bunyi cenderung berubah sesui lingkungannya
3.      Bunyi cenderung berfluktuasi
4.      System bunyi cenderung mengarah pada pola simetri

              Pola simetri pada fonem dapat dilihat pada bagan vokal dan konsonan. Jika dalam bahasa tertentu terdapat bunyi vokal depan tinggi, atau jika dalam bahasa tertentu ditemukan bunyi konsonan bilabial bersuara, diharapkan ditemukan pula bunyi konsonan bilabial tak bersuara dalam bahasa itu.

5.     Vokal dan Konsonan

A.      Vokal
              Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan.
Vokal:
-Posisi bibir
-Tinggi rendahnya lidah
-Maju mundurnya lidah

B.      Konsonan
              Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan. Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada satu tempat di saluran suara di atas, bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata fonem yang mewakili bunyi tersebut.
                   Konsonan-konsonan dapat dibagi atas:
             1.) Konsosnan Bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir: p, b, m, w. Karena kedua belah bibir sama-sama bergerak, serta keduanya juga menjadi titik sentuh dari bibir yang lainnya, maka sekaligus mereka bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi.
             2.) Konsonan Labiodental, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulatornya: f, v.
 3.) Konsonan Apikointerdental, yaitu bunyi yang terjadi dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antargigi (dens) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat konsonan t dan n. Dalam bahasa Jawa terdapat konsonan t, d, dan n.
4.) Konsonan Dental/Alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat d dan n, sedangkan dalam bahasa Jawa terdapat t, d, dan n.
            5.) Konsonan Palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulatror dan langit-langit keras (palatum) sebagai titik artikulasinya: c, j, ny.
            6.) Konsonan Velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut (velum) sebagai titik artikulasinya, misalnya: k, g, ng, kh.
            7.) Laringal, yaitu bunyi yang terjadi karena pita suara terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam konsonan karena udara yang keluar mengalami gesekan.
Berdasarkan halangan yang dijumpai udara waktu keluar dari paru-paru:
a.       Konsonan hambat
b.      Frikatif
c.       Spiran
d.      Getar atau tril
e.       Lateral

Tidak ada komentar:

Posting Komentar